السـلام عليكم و رحمة الله وبركا ته

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه. أما بعد

Selasa, 24 Desember 2013

Tahukah Kalian Tentang Negara Islam…???

Dalam memahami makna Darul Islam (negara Islam) terjadi perselisihan di kalangan kelompok-kelompok yang ada sekarang. Maka kita memandang perlu kiranya kita membawakan makna negara Islam yang benar dalam kesempatan ini.
“Para ahli fiqih berselisih dalam kaitan hukum terhadap negara Islam yang mungkin dibawakan secara umum menjadi dua pendapat:
Pendapat pertama: Patokan untuk menghukum sebuah negara adalah dengan realitas hukum yang berlaku di negeri itu.
Kedua: Patokan hukum terhadap sebuah negara adalah dipandang dari sisi keamanan. Keterangan dua pendapat ini sebagai berikut:

Jumat, 06 September 2013

Akherat Sebagai Tujuan Utama


Perhatikanlah hadits berikut ini yang semoga memberikan manfaat dalam hidup dan kehidupan kita didunia ini agar diantara kita jangan sampai terbuai atau terlena dengan kegemerlapan dunia ini sehingga diantara kita lupa akan akhirat.

Nabi صلى الله عليه
وسلم bersabda:

"Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan utamanya, maka ALLAH akan memberikan kekayaan pada hatinya dan ALLAH akan memudahkan segala urusannya didunia serta dunia akan mendatanginya dalam keadaan tunduk dan hina.
Dan barangsiapa yang menjadikan dunia menjadi tujuan utamanya, maka ALLAH akan jadikannya kemiskinan/kefakiran terpampang dimatanya, dan ALLAH akan jadikan segala urusannya berantakan, dan ia tidak akan mendapatkan dunia kecuali apa-apa yang sudah dituliskan baginya". (Silsilah shohihah: 949)

Senin, 08 Juli 2013

Janganlah Buat Puasamu Sia-Sia


Di bulan Ramadhan ini setiap muslim memiliki kewajiban untuk menjalankan puasa dengan menahan lapar dan dahaga mulai dari fajar hingga terbenamnya matahari. Namun ada di antara kaum muslimin yang melakukan puasa, dia tidaklah mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja yang menghinggapi tenggorokannya. Inilah yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang jujur lagi membawa berita yang benar,
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shohih ligoirihi -yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya-)
Apa di balik ini semua? Mengapa amalan puasa orang tersebut tidak teranggap, padahal dia telah susah payah menahan dahaga mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari?

Rabu, 26 Juni 2013

Nasehat Syaikh Sa'ad bin Nashir Asy-Syatsri Kepada Salah Seorang Pemilik Hotel


Meskipun hanya bertemu dengan dengan pemilik hotel tatkala sarapan pagi dan makan siang akan tetapi dalam acara makan tersebut syaikh Sa'ad hafidzohulloh tetap menyempatkan waktu untuk memberikan nasehat-nasehat berharga kepada sang pemilik hotel.
Diantara nasehat-nasehat tersebut adalah :

PERTAMA :
"Kalau aku lupa padamu maka Allah tidak akan melupakanmu, tidak melupakan kebaikanmu"
Demikian perkataan Sykh Sa'ad Asy-Syatsry hafidzohulloh kepada si pemilik hotel tatkala kami sarapan pagi bersama.
Ketika sang pemilik hotel mengabarkan rencananya untuk umroh di bulan ramadhan, maka syaikh mengundangnya untuk menemuinya di kajian beliau di masjidil haram, ba'da subuh dan ba'da maghrib. Serta merta pemilik hotel berkata, "Syaikh nanti mungkin lupa sama saya karena banyaknya peserta pengajian di masjidil haram".
Syaikhpun berkata : "Jika aku lupa maka Allah tidak akan melupakanmu, tidak lupa dengan kebaikanmu"

Kamis, 13 Juni 2013

Umar bin Khaththab dan Seorang Badui

Apakah istri anda pernah marah? berkata atau berlaku kasar terhadap anda? Pada saat-saat tertentu, wanita memang bisa berubah menjadi sangat emosional. Misal saat haid dan mengandung, atau bila kecapekan. Bahkan seorang istri shalihah pun, kadang bisa hilang kendalli, menguap kelembutannya. Bila anda merasa sesak dan panas hati oleh kelakuannya itu, ada baiknya anda membaca kisah berikut ini.

Diriwayatkan bahwa seorang badui datang untuk mengadu kepada khalifah Umar bin Khatab, untuk mengadukan kepadanya, mengenai buruknya akhlak istrinya. Ketika sampai dirumah Umar dan mengetuk pintunya, dia mendengar istri Umar meninggikan suaranya dihadapannya. Maka orang badui itu berpaling kembali, sambil berkata dalam hatinya, "Celaka aku, jika demikian keadaan Amirul Mukminin, maka bagaimana halnya denganku?"

Rabu, 12 Juni 2013

Hakikat Keindahan


Suatu hari, seseorang bertanya kepada al-Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah, “Wahai Abu Sa’id, pakaian apakah yang paling anda sukai?”
Beliau rahimahullah menjawab, “Yang paling tebal, paling kasar, dan yang paling rendah di mata manusia.”
Si penanya berkata, “Bukankah ada riwayat bahwasanya ‘Allah itu Mahaindah dan menyukai keindahan?”
Beliau rahimahullah menjawab, “Wahai anak saudaraku, sesungguhnya aku telah menganut tidak hanya satu mazhab. Seandainya keindahan di sisi Allah adalah pakaian, niscaya orang-orang fajir (jahat) lebih memiliki kedudukan di sisi-Nya daripada orang-orang yang baik. Hanya saja, keindahan itu adalah mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan melaksanakan amalan ketaatan, menjauhi kemaksiatan, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti yang baik. Seperti itu pula hadits shahih yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia.”
(Mawa’izh lil Imam al-Hasan al-Bashri, hlm. 83)
Sumber: Majalah Asy Syariah no. 67/VI/1432 H/2010, rubrik Permata Salaf.

Taqwa yang Sempurna


Abu Darda bin Qais Al-Asy’ari [1] mengatakan,
“Takwa yang sempurna adalah bertakwa kepada-Nya sampai pada masalah sekecil apa pun. Sampai ia meninggalkan perkara yang ia ketahui halal, karena takut seandainya perkara tersebut ternyata adalah haram. Yang mana takwa ini akan menjadi penghalang antara ia dan perkara-perkara yang haram. Sesungguhnya Allah telah menerangkan kepada seluruh hamba-Nya, bahwa mereka akan kembali kepada Allah,
‘Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.’ (QS. Al Zalzalah: 7-8)
Maka janganlah kalian memandang remeh kebaikan sekecil apa pun untuk kalian amalkan dan jangan pula memandang remeh perbuatan dosa sekecil apa pun untuk kalian tinggalkan.” [Jami'ul 'Ulum wal Hikam 1/400]
Sumber: Majalah Tashfiyah edisi 03 vol. 01 1432 H – 2011 M, rubrik Petuah.

Mewaspadai Sikap Sombong karena Ilmu


Wahb bin Munabbih rahimahullahu berkata, “Sesungguhnya ilmu dapat membuat sombong sebagaimana harta.”
Masruq rahimahullahu berkata, “Cukuplah seseorang dikatakan berilmu jika ilmu tersebut membuahkan rasa takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Sebaliknya, cukuplah seseorang dianggap bodoh tatkala membanggakan diri dengan ilmunya.”
Abu Wahb al-Marwazi rahimahullahu berkata, “Aku bertanya kepada Ibnul Mubarak tentang kesombongan. Beliau menjawab, ‘(Kesombongan) adalah engkau meremehkan dan merendahkan manusia.’ Kemudian aku bertanya kepadanya mengenai ujub (bangga diri). Beliau pun menjawab, ‘(Ujub) adalah engkau memandang bahwa dirimu memiliki sesuatu yang tidak ada pada selainmu’.”

Ilmu Bukan Banyaknya Riwayat & Ucapan


Umar bin Abdul Aziz rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya, orang-orang terdahulu (para ulama salaf, -red.) diam karena ilmu. Mereka pun menahan diri (dari sesuatu) karena mata hati yang tajam. Sungguh, mereka lebih mampu meneliti (sebuah masalah) kalau mereka mau melakukannya.”
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Sungguh, banyak orang belakangan yang tertipu dengan hal ini. Mereka menyangka bahwa siapa yang banyak bicara, debat, dan perbantahannya dalam masalah agama, berarti dia lebih berilmu. Ini adalah murni kebodohan. Lihatlah para sahabat senior dan ulama mereka, seperti Abu Bakar, Umar, Ali, Mu’adz, Ibnu Mas’ud, dan Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhum. Betapa sedikit ucapan mereka dibandingkan dengan ucapan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, padahal mereka lebih berilmu. Ucapan generasi setelah tabi’in pun lebih banyak daripada ucapan generasi sahabat, padahal generasi sahabat lebih berilmu. Ucapan generasi setelah tabi’in pun lebih banyak daripada ucapan generasi tabi’in, padahal generasi tabi’in lebih berilmu. Jadi, ilmu bukan karena banyaknya riwayat dan ucapan, melainkan cahaya yang diletakkan di kalbu. Dengan cahaya itu, seorang hamba akan mengenal dan bisa membedakannya dengan kebatilan….”
(Lammud Durril Mantsur minal Qaulil Ma’tsur, hlm. 82-83)
Sumber: Majalah Asy Syariah no. 88/VII/1433 H/2012, rubrik Permata Salaf.

MENJAGA PANDANGAN SERTA UCAPAN


Abud Darda' rahimahullah berkata:
"Wahai anakku, janganlah engkau mengikuti pandanganmu kepada setiap apa yang engkau lihat pada manusia. Sesungguhnya barangsiapa mengikuti pandangannya kepada setiap apa yang terlihat dari manusia, akan panjang kesedihannya dan tidak akan berkurang kemarahannya. Barangsiapa tidak mengetahui nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala kecuali pada makanan atau minumannya, sungguh sedikit ilmunya dan telah datang adzabnya. Barangsiapa yang tidak merasa cukup dari dunia, maka tidak ada dunia baginya." (Az-Zuhd karya Al-Imam Ahmad, hal. 196)
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
"Sungguh aku telah bertemu dengan beberapa kaum (yakni ulama), yang bila salah seorang mereka duduk bersama sekelompok orang, tentu mereka akan menganggapnya orang yang lemah -karena diamnya yang lama-. Padahal dia sama sekali tidak lemah, justru dia seorang muslim yang faqih." (Shahih Az-Zuhd, Waki' ibnul Jarrah, hal. 55)
(Diambil dari At-Tajul Mafqud, hal. 93 dan 96)
Sumber: Majalah Asy Syari'ah, no.39/IV/1429 H/2008, rubrik Permata Salaf.

JAGALAH ILMU DENGAN MENINGGALKAN MAKSIAT


Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: 
"Sesungguhnya aku memandang bahwa seseorang yang dilupakan dari suatu ilmu yang sebelumnya telah diketahuinya adalah karena kesalahan yang telah dilakukannya."
Al-Imam Waki' rahimahullah berkata: 
"Minta tolonglah (kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala) untuk menjaga hafalanmu dengan cara meninggalkan maksiat."
Al-Imam Malik rahimahullah berkata Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah di awal perjumpaan beliau dengannya:
"Sesungguhnya aku melihat bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan cahaya ke dalam hatimu, maka janganlah engkau padamkan dengan kegelapan maksiat."

WASIAT SEORANG AYAH KEPADA PUTRANYA (2)


Qais bin 'Ashim berwasiat kepada putra-putranya, beliau rahimahullah berkata:
"Bertaqwalah kalian kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan jadikanlah orang tertua di antara kalian sebagai pemimpin. Sungguh apabila suatu kaum mengangkat orang tertua mereka sebagai pemimpin niscaya pemimpin tersebut akan menggantikan peran orang tua mereka dalam memberikan/melakukan yang terbaik bagi mereka. Jikalau orang termudanya dijadikan sebagai pemimpin yang ditaati tentu akan menyebabkan berkurangnya penghormatan terhadap orang-orang tuanya, berakibat pada pembodohan mereka, peremehan, serta sikap tidak merasa butuh terhadap orang-orang tua tersebut.

WASIAT SEORANG AYAH KEPADA PUTRANYA (1)


Al-Imam Ja'far Ash-Shadiq rahimahullah berwasiat kepada putranya, Musa. Beliau rahimahullah berkata:
Wahai anakku…. barangsiapa merasa cukup dengan apa yang menjadi bagiannya maka dia akan menjadi kaya dan barangsiapa memanjangkan pandangannya kepada apa yang ada di tangan orang lain niscaya dia akan mati dalam keadaan miskin.
Barangsiapa yang tidak ridha dengan apa yang diberikan untuknya berarti telah mencacati Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam ketetapan takdir-Nya.
Barangsiapa menganggap kecil ketergelinciran orang lain maka menjadi besarlah ketergelinciran dirinya. 

Manfaat Rasa Lapar


Ibnu Abi ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Muhammad bin Wasi’ rahimahullah bahwa dia berkata, “Siapa yang sedikit makannya dia akan bisa memahami, membuat orang lain paham, bersih, dan lembut. Sungguh, banyak makan akan memberati seseorang dari hal-hal yang dia inginkan.”